Created by : Yuni Indasari
“Wwiu…wiu…Wiuuu” Suara itu masih terdengar
di telingaku.Entah sudah berapa banyak orang yang keluar masuk di tempat
ini.Mungkin puluhan atau ratusan.Entahlah..!.Yang pasti sekarang aku terbaring
di tempat ini.Menunggu dan terus menanti.Terbaring tak berdaya di tempat yang
paling aku benci.Hidungku tersumbat dengan aroma obat yang menguap di seluruh
tempat.Suara tangis selalu terdengar setiap hari.Tangis yang berasal dari
seorang pasien yang tak kuat lagi menahan rasa sakitnya.Tangis yang meluncur
dari mata anggota keluarga pasien yang meninggal.Aku ingin keluar dari tempat
ini.Terbebas dari bemacam-macam obat yang harus aku telan setiap hari.Aku muak
dengan semua itu.Belum lagi jarum suntik yang setiap hari menusuk
lenganku.Membuat aku menahan sakit.Aku benci tempat ini.Aku benci..!.”Tempat
ini hanya untuk orang-orang yang sakit, tapi kenapa aku juga berada dalam
lingkungan yang sama dengan mereka, padahal selama ini aku tak merasa ada yang
lain dari diriku.”Tanyaku
Sudah dua bulan aku berada di tempat ini.Tempat yang tak
pernah aku inginkan.Dua bulan yang lalu, ayah dan ibuku membawa aku ke tempat
ini.Katanya, aku harus tinggal di tempat ini sampai aku sembuh. Kenapa mereka
mengatakan kalau aku ini sakit, padahal aku sehat-sehat saja.Sungguh aneh
bagiku.Tapi, aku menurut saja pada mereka.Dalam hati aku menolak.Sangat
menolak.
Hari ini rumah sakit sangat ramai.Dibanjiri oleh
orang-orang yang mondar-mandir di lorong-lorong rumah sakit.Mungkin pengunjung
lebih benyak dari jumlah pasien.Aku suntuk tinggal di ruangan yang luas, tapi
hanya ada aku di ruangan itu.Tak ada teman dan keluarga yang menjenguk.Beberapa
menit lagi suster akan melakukan tugasnya lagi.Memberiku obat dan memberikan
satu suntikan jarum.Hal yang rutin dilakukannya setiap hari.
Aku bangkit dari tempat tidur, keluar menuju ke taman
rumah sakit yang terletak di lantai 3.Tempat foforitku kalau tiba-tiba beteku
muncul.Aku menelusuri koridor rumah sakit.Tak ada beda dari hari-hari
sebelumnya.Pasien berdatangan tanpa henti.Terdengar olehku suara seorang ibu
yang memanggil-manggil nama anaknya “Ron..Ro…o…n…Roni, jangan tinggalkan ibu
nak”.Menengok aku ke belakang, terlihat seorang pasien yang dibawa oleh suster
ke ruangan ICU yang diikuti oleh keluarganya.Aku berhenti sejenak.Melihat ke
arah orang yang terbaring di atas ranjang dorong dengan cairan merah yang
melumuri seluruh tubuhnya.
“Sus…orang itu kenapa ?”Tanyaku dengan penuh penasaran
“Dia bertabrakan dengan temannya saat balapan”Jelas suster itu
Aku menggeleng.Kasihan, tapi salah dia juga sih siapa suruh balapan di
jalan.Apa dia tidak kasihan dengan orang tuanya.Aku menarik nafas.Kemudian
melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda.Suara tangis ibu itu masih
terdengar olehku.Kupercepat langkahku.
***
Malam ini aku tak bisa tidur.Kurasa keluar
ruangan lebih baik, mungkin sesudah keluar sebentar aku bisa tidur dengan
tenang.Jalanku tak menentu, kadang biasa kadang juga sangat lambat.Mungkin itu
karena aku tak punya tujuan kemana aku pergi.Kunikmati indahnya malam yang
ditaburi cahaya-cahaya kecil seakan menyapaku dengan sinarnya.Keluarga pasien
masih terlihat mondar-mandir, tapi tak seramai tadi.Sebagian dari mereka ada ke
apotik untuk menebus obat, ada juga yang
ke koperasi rumah sakit sekedar membeli makanan ringan.Mereka terlihat
lelah.Tak berapa lama aku berjalan, kudengar suara tangis dari salah satu
ruangan yang aku lewati.Timbul rasa ingin tahu.Kucoba mengintip dari
jendela.Mataku tertuju pada sosok gadis yang duduk di atas ranjang.Aku ingin
masuk, tiba-tiba…..”Mbak, ini sudah malam.Tidak baik seorang pasien keluar
ruangan malam-malam.”Suara suster membuat aku kaget, serasa jantungku ingin
copot.
“Iya suster, maaf”.Aku
tersenyum manis di depan suster yang berdiri tegap di depanku.Aku berlalu di
depannya.
***
“Siapa gadis itu?”tanyaku dengan penuh penasaran
“Ah.Untuk apa aku memikirkan gadis itu, to’ dia bukan siapa-siapa
aku”.pikirku
Pukul 18.00, suara
azan terdengar sangat merdu di kala senja itu.Hatiku terasa sejuk mendengarnya.Seakan
malaikat-malaikat sedang menaburkan kedamaian yang sudah lama hilang
dariku.Muadzin seakan memanggilku untuk mendatangi rumah Allah.Selama dua bulan
aku di sini jarang sekali aku melakukan salat di masjid, aku biasanya salat di
kamarku.Tapi, untuk kali ini aku merasa ada sebuah dorongan yang kuat memaksaku
salat di masjid.Aku bergegas menuju mushalla rumah sakit.Selesai salat, mataku
langsung tertuju pada seorang anak kecil yang sedang berdoa untuk kesembuhan
ibunya.Terharu, malu, bangga serta kagum meluncur dari dalam hatiku.Tak kurasa
pipiku basah.Cepat aku menghapusnya sebelum ada orang yang melihat.Tiba-tiba,
aku teringat oleh sosok gadis yang kulihat tadi malam.Rasa penasaranku kembali
terkuak.Malam ini aku harus menemuinya.Kupercepat langkahku ke arah ruangan
yang ku lewati tadi malam.Suara tangis itu lagi.Kali ini aku tidak boleh
gagal.Dengan ragu campur takut aku membuka pintu dengan pelan-pelan.Kulihat
sosok gadis yang duduk di ranjang dengan rambut terurai ,namun
berantakan.Menundukkan kepalanya dan menangis.
“Maaf…ka..mu kena..pa menangis?”.Tanyaku terbata-bata
Gadis itu terdiam.Tangisnya semakin menjadi-jadi.
“Hai..jangan menangis.Tangisan kamu itu bisa mengganggu orang.”Ku coba
untuk menenangkan dia.
“Nama kamu siapa?” Tanyaku kembali
“Diam…diam kau.Kamu bukan siapa-siapa.Kamu tak tahu apa-apa.Sebaiknya
kamu keluar sekarang.Keluar kataku..! Teriak gadis itu
yang sempat membuat aku kaget
“Tenang..tenang.Aku cuma mau menjadi teman kamu aja kok.”Aku mencoba
menenangkan dia. Gadis itu kembali menunduk,
menangis di kesunyian malam.Selaksa membelah bumi menjadi dua bagian.Tak berapa
lama, gadis itu mengangkat kepalanya, melihat ke arahku dan menatapku dengan
mata yang sembab.dan berkata “Aku tidak berguna.Hidupku hanya tergantug pada
obat ini.Tak ada lagi gunanya aku hidup”
“Emang kamu sakit apa?”
“Aku terkena gagal ginjal”.Katanya singkat
Ku coba berbicara denganya
dari hati ke hati.Dengan waktu yang singkat, kami bisa akrab bak sahabat yang
sudah bertahun-tahun.Gadis itu sangat beda saat aku pertama kali bertemu
dengannya, sifatnya yang suka emosi tak pernah dia tunjukkan lagi.Dia gadis
lembut.Sangat lembut buatku.Aku mencoba kembali menanyakan namanya
“Namaku Lovely, kamu
siapa?”
“Aku Valen, kakek memberiku
nama valentine karena aku lahir tepat dengan hari Valentine.katanya agar aku
dapat mendapatkan kasih sayang yang melimpah.Tapi kenyataanya tidak, orang
tuaku sibuk dengan urusan mereka masing-masing.Tak pernah mereka memberikan
sedikit waktunya untukku.Bahkan mereka tak pernah menjenguk aku.”Valen
bercerita dengan sangat tenang, namun air matanya masih mambanjiri wajah
mungilnya.
“Kamu ikut aku ya…kamu bisa
menumpahkan seluruh kekecewaan kamu di sana.”Ajakku
Tanpa mendengar
persetujuannya, aku menarik tanganya.Nah, ini tempatnya Lantai 3 rumah
sakit.Indah, bukan?.Sekarang kamu bisa menangis dan berteriak sekeras-kerasnya
di sini.Semalaman kami di sana.Tak peduli suster mencari kami.Yang jelas kami
bebas dari obat-obatan, meski itu hanya semalam saja.
***
Suara itu terdengar yang kesekian kalinya.Suara ambulance
yang keluar-masuk rumah sakit.Hari ini, rumah sakit “JELITA” dibanjiri
pasien.Lebih banyak dua kali lipat dibandingkan hari-hari biasanya.Pasien
didominasi oleh penderita diare yang akhir-akhir ini menyerang manusia.Aku ke
kamar Valen.Ingin berbagi cerita dengannya.
Valen menceritakan
masalahnya secara rinci demi rinci, tak ada yang ia tutupi dariku.Air matanya
terus berlinang, membasahi pipi mungilnya.
“Aku tak kuat lagi menahan
rasa sakitku Lov, aku ingin pergi jauh.Pergi dari penyakit menyebalkan
ini”.Dengan isak tangisnya
“Valen, kamu gadis
kuat.Tuhan itu Maha Adil.Kamu tidak boleh putus asa”.
Valen menatapku tajam, merangkulku
seakan tak mau melapaskan pelukannya.Tangisannya begitu dalam.Kami berpelukan
tak mau pisah, dengan air mata yang menemani kebersamaan kami.
***
Kepalaku terasa
pusing sekali, tak seperti biasa.Kepalaku berputar-putar.Penglihatanku terasa
kabur dan “BRukk..”Aku terjatuh.
“Aku dimana?”Tanyaku bingun
“Kamu ada di kamar sayang .”Suara ibuku begitu lembut terdengar
“Aku kenapa bu ?”
“Tidak apa-apa”.
Ibu keluar dari kamarku.Sekarang hanya aku dan dokter serta suster
yang ada di situ.Aku rasa dokter tidak
akan bohong, lebih baik aku bertanya kepada dokter saja.
“Dok, sebenarnya aku sakit apa.Aku sudah 2 bulan lebih di sini, tapi
aku belum juga tahu sebenarnya aku sakit apa?”tanyaku penasaran
“Tidak apa-apa.”Kata dokter singkat kemudian berlalu dari hadapanku
Aneh…sangat aneh.Sungguh aku bingung dengan semua ini.Setiap kali aku
bertanya kepada keluargaku mereka tetap menjawab “Tidak apa-apa”, bahkan dokter
pun mengatakan hal yang sama.
***
Tanggal 14 Februari adalah hari bahagia untuk
Valen, tapi mungkin tidak untuk Valen.Sementara itu kondisi aku semakin
terpuruk, aku diharuskan di operasi.Aku masih tetap diselimuti rasa kebingunganSampai
aku di ruang operasi aku belum juga tahu sebenarnya aku sakit apa dan mungkin
tak akan penah tahu sampai ajalku tiba.
“Dok, kalau nanti operasi ini gagal.Aku mohon berikan ginjalku pada
gadis yang bernama Valen.”Kataku dengan menahan rasa sakit
“Baik..berdoalah semoga semuanya lancar”.
Operasi dimulai.Terlihat di depanku malaikat-malaikat melambaikan
tangnnya kepadaku.Memanggil rohku menghadap sang Ilahi.Kembali kepada
Tuhanku.Pesan terakhirku untuk Valen aku tulis di secarik kertas yang
kutitipkan kepada ibu.
Dear Valen,
Happy Birthday Valen, maaf aku tidak
bisa memberikan selamat secara langsung kepadamu, karena sekarang aku sedang
berpetualang bersama peri-peri impian kita.Aku tidak bisa memberika
apa-apa.Tapi, aku harap kamu menerima salah satu organ tubuhku (ginjal ini).Aku
berikan ini padamu sebagai hadiah terindah bagimu.Kamu harus lanjutkan
hidupmu.jangan putus asa.Jangan sia-siakan pemberian dariku.Tersenyumlah di
hari bahagiamu ini.Tunjukkan senyummu yang manis untukku dan untuk dunia yang
merindukan sebuah senyum manis dari seorang gadis Valentina.Kamu gadis
tangguhku.
Your best friend,
Lovely with peri-peri impian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar