Pagi yang cerah membuat Nisa menarik nafas dan
menghirup segarnya udara pagi.Seperti biasa Nisa menunggu angkot di depan
rumahnya.Tepat pukul 06.30, dia berangkat ke sekolah.Perjalanan yang harus
ditempuh oleh Nisa cukup jauh untuk sampai di sekolahnya, sehingga dia harus
sedikit menarik nafasnya karena berbagai ragam manusia sudah membaur dalam
angkot yang membuat dadanya sesak.
Tak lama Nisa menginjakkan kakinya di sekolah, bel tanda masuk
berbunyi.Hari itu mereka belajar MTK,pelajaran yang membuat Nisa dan
teman-temanya pusing tujuh keliling.Empat jam berlalu bel kembali berdering
menandakan waktu istirahat.Pelajaran MTK benar-benar sudah menguras otak
anak-anak kelas XI.Bahasa termasuk Nisa dan Gengnya (Dinda,Tika,Mori dan
Santi),mereka menyebut dirinya sebagai “Geng Smart”.Teman-temanya pun tidak
merasa heran kalau mereka menjuluki dirinya sebagai Geng Smart karena para
personil Geng Smart memang diakui kepintaranya,ya…walaupun mereka sedikit risih
dengan pelajaran hitung menghitung.
“Nis, gimana kalau besok
jam sejarah kita pergi ke SLB, mumpung pak guru tidak ada.Kita bisa mengisi jam
lowong itu dengan jalan-jalan ke sana.”
Usul Dinda
“Ehmm….usul yang bagus,
sekalian kita bisa menambah wawasan kita di sana.”Nisa langsung menanggapi
Tiba-tiba
dari arah belakang terdengar
“Maksud kamu ke sekolah
tempat anak-anak cacat di tampung?.Ah….sebaiknya gak usah ke sana.Gimana kalau
kita ke rutan aja, di sana kita juga dapat menambah wawasan kita.Kita juga bisa
melihat keadaan rutan itu seperti apa.”Cerocos Mori dengan sarannya itu
“What…RUTAN???.Ide apaan
tuh, pokoknya kalau ke Rutan aku tidak ikut.”bentak Santi
Santi
dan Mori memang setiap hari bertengkar, entah apa yang mereka ributkan.Tiada
hari tanpa pertengkaran, mungkin sebutan itu cocok untuk mereka berdua.
“Kita ke SLB aja, besok
kan ada waktu lowong,jadi kita bisa memanfaatkannya.Jarang sekali lho ada
waktu-waktu seperti itu.Kalau ke rutan kita bisa pergi kapan-kapan aja kan?”.Dinda kembali
mengeluarkan suaranya
“Ke rutan aja….”.Ngotot
Mori yang tak mau kalah, dia tetap dangan pendiriannya.
“Begini deh…kalu bicara
dengan mantan narapidana,pasti kangen juga dengan tempat asalnya.”Ngeledek
Santi
“Uh…Dasar si mulut
Harimau,setiap hari pasti meraung deh.”Balas Mori dengan ejekan yang semakin
pedas.Santi yang rupanya tidak mau kalah kembali mengeluarkan suara harimaunya
“Yeeh…mending
gue jadi harimau daripada jadi gorilla seperti kamu.”
Mori
yang tadi duduk di dekat Dinda meninggalkan tempatnya dan berlari mengejar
Santi
“Eh…bisa gak sih kamu
tidak meraung sehari saja.”Mori semakin geram karena Santi terus mengejek dia.
“Udah….udah,kaya’
anak kecil aja.” Lerai Tika
Mori dan Santi baru saja memerankan tokoh Tom and Jerry, di mana
Mori berperan sebagai Tom yang mengejar mangsanya Jerry yang diperankan oleh
Santi.Mereka mempertontonkan satu drama yang membuat teman-temannya sakit perut
karena menahan tawa.Tak lama kemudian, suasana yang tadinya gaduh kembali
tenang.
“Besok kita ke
SLB,keputusan ini tidak boleh diganggu gugat.”Kata Nisa dengan suara lantangnya
seperti hakim yang baru saja memukul palu.
“OK….Setuju.”Kata
Dinda,Santi, dan Tika dengan kompak.Sedang Mori hanya mengangguk-anggukan
kepalanya bertanda setuju tapi tidak puas dengan keputusan itu.
Keesokan
harinya, setelah belajar Sastra mereka berkumpul di depan kelas, bersiap-siap
ke SLB, tapi sebelum meninggalkan sekolah mereka terlebih dahulu mengambil
surat izin,Setelah itu mereka pergi dengan jalan kaki.Mereka terus berjalan
menelusuri jalan raya, tapi SLB tak kunjung mereka temukan.
Mori yang dari awal memang kurang setuju dengan usul teman-temannya
itu,mengeluarkan suaranya dan ngerocos dengan nada agak tinggi.
”Tempatnya
masih jauh gak sih??, kakiku udah gak kuat jalan nih.”
“Sebentar
lagi kita sampai.”Nisa berusaha menenangkan Mori
Nisa
yang sebenarnya juga tidak tau dimana letaknya memberikan harapan kosong kepada
Mori.Dia melakukan ini dan terpaksa berbohong agar mulut Mori bisa terkunci
rapat dan tidak
ngomel-ngomel seperti nenek-nenek yang memarahi cucunya.
Tak lama kemudian,Nisa bertemu dengan teman
kakaknya yang baru pulang dari Makassar.
“Kak
Susi, kapan datang?”.Tanya Nisa dengan senyumnya yang manis
“
2 minggu yang lalu kakak baru datang dari Makassar.Hm…kamu mau ke mana?”.Tanya
balik kak Susi
“Kami
mau ke SLB, tapi kami tidak tau jalan.”Jawab Nisa
“Wah…Kebetulan sekali,
kakak bekerja di sana.Gimana kalau kalian ikut kakak aja?”.Kata kak Susi
Nisa dan Geng Smartnya akhirnya bisa bernafas lega, karena mereka
dipertemukan oleh kak Susi yang memberikan mereka harapan untuk sampai di
SLB.Sesampai di sana, mereka mamasuki ruang kelas satu per satu.Dengan rasa
haru dan kasihan tak sengaja Nisa meneteskan air matanya.Sungguh menyedihkan
nasib anak-anak malang itu.Di sekolah itu Nisa dan Geng Smartnya mengetahui
bagaimana anak-anak yang tidak sempurna seperti mereka belajar dan bermain
dengan segala keterbatasannya.
Di bawah pohon yang lebat, yang letaknya tidak jauh dari asrama
sekolah terlihat seorang anak sedang duduk di bawahnya.Nisa menghampiri anak
itu, sedang Santi,Mori,Dinda dan Tika bermain dengan anak-anak di kelas.
“Hai…adik manis, kok
tidak gabung dengan teman-temannya?”.Tanya Nisa dengan suaranya yang lembut
Anak itu tetap diam, tak
menggubris pertanyaan Nisa.Kemudian Nisa mendekati anak itu dan duduk di
dekatnya.Suasana menjadi hening dengan terpaan angin sepoi-sepoi.Lama-kelamaan
Nisa memberanikan diri untuk berbicara.
“Nama
kamu siapa?”.Tanya Nisa agak ragu-ragu karena takut tak ada respon darinya
“Namaku
Rio.”
Singkat
namun jelas, itulah yang cocok dengan jawaban anak itu, namun Nisa merasa lega
dan puas dengan jawaban singkat Rio.Suasana kembali hening.
Tiba-tiba Rio bersuara “Hidup ini rasanya tak adil,ingin aku
memberontak tapi aku tak tau kepada siapa.Aku harus tetap tegar agar daun-daun
itu tidak mengejekku.”
Rio yang dari tadi diam terus berbicara.Anak kecil yang berumur
12 tahun itu menceritakan bagaimana dia harus menjalani kehidupannya tanpa
kedua orang tua di sampingnya dengan kondisi fisik yang membuatnya merasa terkucilkan.Dengan
air mata, Rio menceritakan pahitnya kehidupan yang harus dia jalani.Nisa hanya
bisa diam, menjadi pendengar yang menyimak kata demi kata yang keluar dari
mulut Rio.Karena merasa terharu, Nisa tak bisa menahan air mataanya untuk
menetes dipipi manisnya itu.Tiba-tiba, Rio berdiri menghapus air matanya dan
tersenyum kemudian menarik nafasnya dalam-dalam dan berteriak
sekencang-kencangnya
“Dunia….Tunggulah
aku, Rio anak tunanetra akan mengubahmu.”
Nisa
sontak berdiri dan tertegun mendengar kata-kata Rio
“Tak ada yang tak mungkin
di dunia ini, selagi ada usaha dan kemauan.”Itulah kata-kata terakhir yang
terlontar dari mulut Rio.
Nisa sangat takjub dan
kagum atas ketegaran anak itu.Walaupun dia anak tunanetra,tapi dia punya
cita-cita yang tinggi.Hidup ini memang harus ditaklukkan dengan pengorbanan dan
kesabaran, karena pengorbanan dan kesabaran seperti secercah cahaya yang dapat
membuat hidup kita secerah matahari.Mungkin itulah arti dari kata-kata Rio.
Tak terasa waktu berjalan begitu cepat,mereka harus kembali ke
sekolah mereka.Nisa dan Geng Smartnya berpamitan pada guru-guru dan anak-anak
SLB.Tak lupa, Nisa mengucapkan terima kasih pada kak Susi yang telah membawa
mereka bertemu dengan anak-anak tegar seperti Rio dan teman-temannya.
Nisa dan Geng Smart meninggalkan tempat itu dengan membawa banyak
kesan, pelajaran dan pengetahuan yang mereka tidak dapatkan di sekolah.Mereka
akhirnya tahu bahwa dengan adanya kemauan, Tuhan pasti memberikan jalan.Fisik
seseorang bukan penghalang untuk mempunyai cita-cita yang tinggi, bahkan mereka
mampu mencapai cita-citanya.Nisa banyak mendapatkan pelajaran dari seorang anak
kecil berumur 12 tahun bahwa kemauan dan kesabaran merupakan hal terpenting
untuk mencapai kesuksesan.
Nisa,Santi,Dinda,Tika dan
Mori berjalan dengan senyum kepuasan, karena anak-anak yang mempunyai
keterbelakangan itu telah memberikan banyak pelajaran untuk mereka.Kini mereka
tahu bagaimana kita menjalani hidup ini,harus dengan kemauan,usaha,pengorbanan
dan kesabaran.
Created by :Yuni Indasari
20-4-2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar