Pembaca yang baik selalu meninggalkan komentar. Terima Kasih ^_^


widgeo.net

Senin, 09 Maret 2015

Ayam dari Laut

Ceritanya saya lagi memasak di dapur. Tiba-tiba si bombom datang dengan tergopoh-gopoh. Di atas meja ada secangkir teh sisa tadi pagi. Si bombom langsung menyeruput dengan nafas yang masih tersengal-sengal. Hanya dengan satu tegukan si teh jadi mangsa saking hausnya.

Entah apa yang menuntunnya masuk dapur. Ah, dasar penciumannya saja yang tajam. "Kak ada ayam? Tanyanya dengan wajah melotot. "Iya, ada" jawabku sekedarnya sambil mengaduk-aduk masakan di panci. "Ih, bukan ayam itu" bantahnya dengan nada kecewa. "Coba saja, rasanya ayam kok. Ini namanya ayam dari laut" jelasku meyakinkan.

Well, semua menu hari ini selesai termasuk menu andalan "ayam dari laut". Si bombom dengan lahap makan. "Enaknya. Betul-betul ayam" komentarnya setelah mencicipi menu itu. "Iya dong, siapa dulu yang masak" pujiku sendiri.

Tanpa sadar si bombom pun tertipu dengan menu yang kusajikan. Dia pun tak tahu kalau ayam dari laut itu yang kumaksud adalah ikan. Hanya saja saya sajikan dengan bumbu ayam. Dan kalian tahu, masakan itu pun berhasil menipu lidahnya. Hahaa.

Wah, tak tega rasanya membongkar kebenarannya. Melihatnya makan dengan lahap. Terlihat sangat menikmati ayam palsunya. Saya pun hanya bisa tertawa dalam hati.

Ayam dari laut (ikan laut) menu andalan hari ini. Terima kasih bombom sudah menghabiskan. Maaf dek, kamu tertipu. Hihihii


Minggu, 08 Maret 2015

Terima Kasih Kalian

Kau pernah bermimpi bukan? Entah itu mimpi buruk atau indah. Kau selalu meninabobokan mimpi burukmu agar tidak pernah terbangun menjadi nyata. Sedang mimpi indahmu selalu kau puji-puji agar bisa keluar ke duniamu. Begitu juga denganku.

Kau juga pernah berangan-angan bukan? Kau pernah punya angan mempunyai rumah mewah, mobil, pekerjaan, jabatan, pasangan yang cantik dan tampan, keluarga bahagia dan mungkin sampai sekarang kau masih menyimpan angan itu. Aku pun demikian.

Kau juga punya impian bukan? Ingin menjadi ini dan itu. Aku pun sama denganmu.

Kau tahu, disaat mimpiku terjebak hujan, anganku terpenjara dan impianku terlilit keputusasaan. Saat itu, dua wajah melintas di mataku. Merekalah yang selalu membangkitkan kembali mimpi-mimpiku. Kau tahu siapa mereka? Merekalah mama dan papa. Terima kasih sudah menjadi penghilang dahagaku. Pengganjal laparku. Pengisi semangatku. Karena kalian lah alasan kenapa saya masih berjuang sampai sekarang. Loveya Mom, Dad :*

Sabtu, 07 Maret 2015

Apa Kabar Anda?

Assalamualaikum...
Apa kabar anda yang sedang menjalankan tugas? Dan apa kabar diriku yang sedang menunggu? Semoga kita baik-baik saja.

Anda tahu pagi selalu menyuguhkan tetes kerinduan. Setiap butiran terselip pertanyaan Kapan anda berpaling sejenak dari rutinitas kerja anda. Ah, tak usah menjawab, saya sudah bisa menebak arah jawaban anda. Jawaban yang sudah saya hafal "sabarlah menunggu". Yah, sepertinya menunggu adalah teman yang akan menemani sisa hidupku sampai anda datang membawa berita bahagia. Tidak masalah karena saya sudah terbiasa dengan kawan baruku itu. Saya sudah tahu bagaimana bekerjasama dengannya.

Disela kesibukan anda saya pun tahu selalu ada nama disana yang menjadi salah satu tujuan utama mengumpulkan rupiah demi rupiah. Sekali lagi, bukan masalah bagiku. Berjuanglah demi masa depan anda.

Tak perlu khawatir, saya tetap setia pada perjanjian kita. Entah anda masih ingat atau tidak. Perjanjian yang hanya disaksikan oleh Tuhan, tak ada jaminan hitam di atas putih yang biasa orang-orang lakukakan sebagai pengikat dan tanda bukti sebuah perjanjian. Kita hanya mengandalkan kepercayaan yang konon adalah jaminan paling kuat.

Adakah anda disana masih mengikat erat janji kita?  Atau sudah ada tali yang putus? Saya harap tali anda masih kuat mengikat perjanjian kita.

Disini, saya masih berkawan dengan menunggu. Datanglah segera jika anda tak tega melihatku menunggu terlalu lama.


Jumat, 06 Maret 2015

Anak TK dan Pak Tua Pengayuh Becak

"Disana senang, disini senang. Dimana-mana hatiku senang". Suara anak-anak TK itu terdengar riang menyanyikan lagu itu. Tampaknya mereka baru pulang sekolah. Aku mendapati diriku tersenyum sendiri melihat mereka bernyanyi di atas becak yang dikayuh pak Tua yang mungkin umurnya sudah 60 tahun. Beliau pun terlihat bersemangat mengayuh becaknya dan sesekali ikut bernyanyi bersama dua anak yang berseragam TK yang duduk di atas becaknya. Sungguh aku iri dengan mereka. IRI? Ah, tidak. Untuk apa aku iri, mungkin tepatnya malu. Malu kepada pak Tua pengayuh becak yang dari tadi pagi mengais rezeki. Sedangkan, aku masih mendapati diriku duduk santai di kursi ini.

Hai, anak manis yang duduk di atas becak. Apa kalian ingin mengajak kakak untuk bernyanyi bersama? Rasanya kakak rindu masa kecil kakak. Ingin aku bergabung bersama mereka. Duduk di atas becak bernyanyi bersama juga dengan Pak Tua pengayuh becak.

Tampaknya aku masih sibuk dengan berbagai rencana yang tak kunjung selesai. Cukuplah nyanyian kalian pagi ini membangkitkan kembali semangatku. Cukuplah tawa kalian yang menggambarkan senyum di bibir kakuku. Cukuplah keringat Pak Tua yang mengayuh kalian menyadarkanku, betapa pentingnya untuk bersyukur. Semoga kalian tetap menjadi anak periang.

"Disana senang disini senang. Dimana-mana hatiku senang". Nyanyiku ketika mereka berlalu.
Terima kasih kalian (dua anak TK) dan pak Tua pengayuh becak.