Pembaca yang baik selalu meninggalkan komentar. Terima Kasih ^_^


widgeo.net

Jumat, 30 November 2012

Kuawali dengan Bismillah


Dibalik tembok beton itu aku pernah merasakan kerasnya hidup bersama segerombolan penjahat
Ini ulahku di masa suram
Kelam, tak ada arah, hingga akhirnya bisikan itu menggerogoti nafsu dan otakku
Ratusan pil mengalir begitu bebas di sendi-sendi darahku
Hingga mengantarkanku di balik besi-besi terali itu

Terngiang tangisan wanita tua yang merintih kesakitan
Bukan karena sakit kepala, encok, asma dan lainnya
Tapi sakit karena penyesalan
Melihat anaknya terperangkap dalam lingkaran hitam
Penyesalan yang sama terkuak dalam sendi-sendi nadiku

Penyesalan itu kini terukir di langit jingga
Menjadi catatan kelam seorang pemakai
Bersama setumpuk rasa bersalah
Kucoba membangung kembali puing-puing iman yang sempat runtuh
Merajut lubang-lubang dosa yang berlumuran nanah
Tertatih meniti masa depan

Ma, lihat anakmu
Berdiri di depanmu dengan rasa sesal
Dengan dunia baru setelah terasing begitu lama dari sisimu
Aku bangkit, berdiri, tersenyum
Sambil berkata kuawali kebebasanku dengan bismillah  

Petikan Terakhir




Gerimis berdendang riuh
Melodi tak beraturan turun di perut bumi
Rinai-rinai hujan turut bersenandung melengkapi setiap not
Menghibur penonton di ruang kosong
Hening
Kemana petikan indah itu?

Mata memandang sayu benda tak bernyawa itu
Tergeletak di atas panggung tak bertuah
Telinga tuli akan setiap melodi dan nada

November,
Hari terakhir sepuluh jemari ini memetik benda itu
Petikan terakhir di atas panggung megah
Melantunkan not-not merdu
Memetik melodi-melodi indah
Berlomba mendapat tepukan gemuruh dari penonton
“November kelabu” Istilahku untuk takdirku
Tangan yang dulu mampu menari ria di atas senar itu
Kini, lunglai dalam urat tak bernyawa
Petikan terakhirku di bulan November
Petikan terindah namun riuh dalam keheningan

Selasa, 06 November 2012

Dimana Rumahku


Orang bilang, hamparan permadani hijau itu adalah  rumahku
Bongkahan emas itu adalah hartaku
Lautan biru itu adalah mata airku
Benarkah?

Kukernyitkan keningku mendengar bait-bait itu
Mereka bilang ini rumahku
Kulangkahkan kakiku menuju sudut-sudut rumah
Asing, begitu asing terlihat

Mereka bilang aku kaya
Kenyataanya aku kelaparan
Mereka bilang rumahku luas
Kenyataanya tubuh mungilku kedinginan di bawah jembatan

Dimana rumahku?
Hanya tumpukan kardus ini kah yang menjadi istanaku?
Kemana semua hartaku?
Apakah Engkau telah mencurinya, wahai penguasa?